Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.)


sonokelingpohon

Pohon Sonokeling (Foto: http://uforest.org)

Klasifikasi Ilmiah

  • Kingdom: Plantae
  • Filum: Tracheophyta
  • Kelas: Magnoliopsida
  • Ordo: Fabales
  • Famili: Leguminosae
  • Genus: Dalbergia
  • Spesies: Dalbergia latifolia Roxb.
  • Nama lokal: Sonokeling
  • Nama asing: Bombay Blackwood, Indian Rosewood, Indonesian Rosewood, Malabar Rosewood, Palisandre De L’Inde (Prancis)

Deskripsi Botani

Pohon berukuran sedang hingga besar, tingginya 20-40 m dengan gemang mencapai 1,5–2 m. Tajuk lebat berbentuk kubah, menggugurkan daun. Pepagan berwarna abu-abu kecoklatan, sedikit pecah-pecah membujur halus.

Daun majemuk menyirip gasal, dengan 5-7 anak daun yang tak sama ukurannya, berseling pada porosnya. Anak daun berbentuk menumpul (obtusus) lebar, hijau di atas dan keabu-abuan di sisi bawahnya.

Bunga-bunga kecil, 0,5-1 cm panjangnya, terkumpul dalam malai di ketiak. Buah polong berwarna coklat, lanset memanjang, meruncing di pangkal dan ujungnya. Berisi 1-4 butir biji yang lunak kecoklatan, polong tidak memecah ketika masak.

sonokelingbunga

Bunga Sonokeling (Foto: Dinesh Valke, http://www.flowersofindia.net)

sonokelingbuah1

Buah muda (Foto: Shubhada Nikharge, https://www.flickr.com)

sonokelingbuah

Buah tua (Foto: Shubhada Nikharge, https://www.flickr.com)

Persebaran dan Ekologi

Di Indonesia, sonokeling hanya didapati tumbuh liar di hutan-hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur pada ketinggian di bawah 600 mdpl., terutama di tanah-tanah yang berbatu, tidak subur, dan kering secara berkala. Tumbuh berkelompok, namun tidak terlalu banyak, di hutan-hutan musim yang menggugurkan daun-daunnya di waktu kemarau.

Sebaran alami sonokeling lainnya adalah anak-benua India, mulai dari kaki Pegunungan Himalaya hingga ujung selatan semenanjung, terutama di hutan-hutan monsun yang kering di wilayah-wilayah Karnataka, Kerala, dan Tamil Nadu, di Ghats Barat. Meskipun demikian, tumbuhan ini hidup baik di daerah dengan curah hujan antara 750 – 5.000 mm pertahun; di atas aneka jenis tanah, walau lebih menyukai tanah-tanah yang dalam dan lembap, yang memiliki drainase baik.

Sonosiso (Dalbergia sissoo Roxb. Ex Benth.) adalah kerabat dekat sonokeling yang menghasilkan kayu yang hampir serupa kualitasnya. Dalam perdagangan dikenal sebagai kayu sonosissoo atau secara umum dimasukkan ke dalam kelompok rosewood.

Marga Dalbergia sendiri meliputi lebih kurang 100 jenis, yang menyebar di kawasan tropika dan ugahari di semua benua. Sebagian besar jenis (70 spesies) didapati di Asia, dengan pusat keanekaragaman di sekitar Himalaya. Kebanyakan berupa perdu atau liana berkayu, sebanyak 18 jenisnya berupa pohon yang menghasilkan kayu yang berharga.

Perbanyakan Tanaman

Budidaya pohon Sonokeling relatif mudah. Bibit pohon ini bisa didapat dari akar pohon Sonokeling yang sudah tua. Biasanya, akar pohon yang sudah berusia puluhan tahun akan tumbuh tunas-tunas baru. Kemudian tunas dipisahkan dari induk akar dan didiamkan sekitar dua minggu.

Setelah itu, tunas bisa ditanam di polybag dan akan tumbuh besar nantinya. Setelah berukuran sekitar 30 centimeter hingga 1 meter, tunas sudah bisa dijadikan bibit dan ditanam di lahan perkebunan.

Ketika akan ditanam, unsur hara di tanah harus sudah lengkap. Untuk itu tanah harus digemburkan terlebih dahulu dan diberi pupuk kompos. Supaya tumbuh maksimal, jarak tanam antar pohon sekitar 2 x 2 m – 2 x 3 m. Dengan begitu, pertumbuhan pohon tidak terganggu pohon lain dan batangnya bisa lurus. Pada masa awal tanam, pohon Sonokeling masih membutuhkan pemupukan intensif.

Selama satu hingga dua tahun pertama, tanaman sebaiknya diberi pupuk dua minggu sekali. Setelah itu, pemupukan cukup dua kali setahun, yakni menjelang musim hujan dan menjelang musim kemarau.

Pola pemupukan terus dilakukan selama bertahun-tahun, hingga pohon siap dipanen. Jika menginginkan kayu yang sangat keras dan kokoh, pohon sonokeling bisa ditebang pada usia 20 tahun hingga 50 tahun.

Setelah pohon tua ditebang, akarnya jangan dicabut. Pasalnya, pada bagian akar itu nanti banyak tumbuh tunas baru yang bisa dijadikan calon bibit. Akan lebih baik jika akar ini dijadikan induk yang akan terus menghasilkan tunas baru.  Namun, bagi Anda yang belum memiliki pohon indukan berusia tua, maka alternatif paling mudah bisa dengan membeli bibit di pasar.

Saat ini para pembudidaya sonokeling ada yang memanen pada usia sekitar lima tahun. Namun, harga jualnya lebih murah karena usia kayunya lebih muda. Menariknya, pohon yang sudah dipanen saat usia lima tahun itu masih bisa tumbuh lagi untuk dipanen kedua kalinya. Setelah itu, umumnya pohon tidak tumbuh lagi.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya pohon Sonokeling ini. Pertama, pohon sebaiknya ditanam di lahan dengan ketinggian di bawah 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Selain itu, gulma dan tanaman pengganggu yang ada di sekitar pohon harus rajin dibersihkan. Terutama pada masamasa awal pertumbuhan hingga pohon berukuran 8 meter.

Pemanfaatan

Sonokeling terutama dimanfaatkan kayunya, yang memiliki pola-pola yang indah, ungu bercoret-coret hitam, atau hitam keunguan berbelang dengan coklat kemerahan. Kayu ini biasa digunakan untuk membuat mebel, almari, serta aneka perabotan rumah berkelas tinggi. Venirnya yang bernilai dekoratif digunakan untuk melapisi permukaan kayu lapis mahal. Karena sifatnya yang baik, kayu sonokeling juga sering digunakan untuk membuat barang ukiran dan pahatan, barang bubutan, alat-alat musik dan olahraga, serta perabot kayu bengkok seperti gagang payung, tongkat jalan dan lain-lain.

Kayu ini juga kuat dan awet, sehingga tidak jarang digunakan dalam konstruksi seperti untuk kusen, pintu dan jendela, serta untuk membuat gerbong kereta api. Atau untuk peralatan seperti gagang kapak, palu, bajak dan garu, serta untuk mesin-mesin giling-gilas. Selain itu, sonokeling dipakai pula dalam pembuatan lantai parket.

Sonokeling merupakan salah satu tanaman agroforestri yang populer di Indonesia. Pohon ini ditanam dalam sistem tumpangsari, diselingi dengan aneka tanaman pangan seperti padi ladang, jagung, ubi kayu, atau kacang-kacangan. Sonokeling juga menjadi pohon penyusun wanatani, bercampur dengan mangga, nangka, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Daun-daun sonokeling dimanfaatkan untuk pakan ternak dan pupuk hijau. Perakaran sonokeling bersifat mengikat nitrogen, dan dengan demikian dapat memperbaiki kesuburan tanah.

Nilainya yang tinggi telah mendorong pemanenan yang berlebihan, sehingga populasi alami pohon ini menghadapi kepunahan. Oleh sebab itu, sejak 1998 Badan Konservasi Dunia IUCN telah memasukkan Dalbergia latifolia ke dalam kategori Rentan (VU, vulnerable)

Sifat-sifat Kayu

Sonokeling tergolong ke dalam kayu keras dengan bobot sedang hingga berat. Berat jenisnya antara 0,77-0,86 pada kadar air sekitar 15%. Teksturnya cukup halus, dengan arah serat lurus dan kadang kala berombak. Kayu ini juga awet; tahan terhadap serangan rayap kayu kering dan sangat tahan terhadap jamur pembusuk kayu.

Kayu terasnya berwarna coklat agak lembayung gelap, dengan coreng-coreng coklat sangat gelap hingga hitam. Kayu gubal berwarna keputih-putihan hingga kekuningan, 3–5 cm tebalnya, terbedakan dengan jelas dari kayu teras.

Kayu sonokeling agak sukar dikerjakan dengan tangan, namun sangat mudah dengan mesin. Kayu ini dapat diserut sehingga permukaannya licin; dan dapat pula dikupas dan diiris untuk membuat venir dekoratif. Kayu ini juga dapat dibubut, disekerup dan dipelitur dengan hasil yang baik. Namun, kayu ini sukar diberi bahan pengawet.

Sumber Pustaka

  1. Dalbergia latifolia. Situs: http://www.iucnredlist.org/details/summary/32098/0
  2. Sonokeling. Situs: https://id.wikipedia.org/wiki/Sonokeling
  3. Sonokeling, Pesona Elegan Si Kayu Hitam. Situs: https://alampriangan.com/sonokeling-pesona-elegan-si-kayu-hitam/

Tinggalkan komentar