Tanjung (Mimusops elengi)


tanjung_desli.jpg

Tanjung (Mimusops elengi) (Foto: Desli Zendrato)

Klasifikasi Ilmiah

  • Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
  • Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
  • Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
  • Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
  • Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
  • Sub Kelas: Dilleniidae
  • Ordo: Ebenales
  • Famili: Sapotaceae
  • Genus: Mimusops
  • Spesies: Mimusops elengi L.
  • Nama lokal: Tanjung
  • Nama daerah: tanjong (Bugis, Makassar), tanju (Bima.), angkatan, wilaja (Bali), keupula cangè (Aceh), dan kahekis, karikis, kariskis, rekes (aneka bahasa di Sulawesi Utara)
  • Nama lain: Spanish Cherry

Deskripsi Botani

Pohon berukuran sedang, tumbuh hingga ketinggian 15 m. Daun-daun tunggal, tersebar, bertangkai panjang; daun yang termuda berambut coklat, yang segera gugur. Helaian daun bundar telur hingga melonjong, panjang 9-16 cm, seperti jangat, bertepi rata namun menggelombang.

Bunga berkelamin dua, sendiri atau berdua menggantung di ketiak daun, berbilangan-8, berbau enak semerbak. Kelopak dalam dua karangan, bertaju empat-empat; mahkota dengan tabung lebar dan pendek, dalam dua karangan, 8 dan 16, yang terakhir adalah alat tambahan serupa mahkota, putih kekuning-kuningan. Benang sari 8, berseling dengan staminodia yang ujungnya bergigi. Buah seperti buah buni, berbentuk gelendong, bulat telur panjang seperti peluru, 2-3 cm, akhirnya merah jingga, dengan kelopak yang tidak rontok. Biji kebanyakan 1, gepeng, keras mengilat, coklat kehitaman.

Jenis ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun, dengan musim buah masak umumnya terjadi pada bulan Februari sampai dengan Mei.

Penyebaran dan Habitat

Penyebaran alami jenis ini diperkirakan terdapat di India, Srilanka, Myanmar, Thailand dan kepulauan Andaman, Indonesia hingga kepulauan Solomon, New Caledonia, Vanuatu, Australia bagian utara dan negara-negara tropis lainnya.

Jenis tanaman ini umumnya tumbuh pada tanah yang subur, baik mendekati laut maupun pada daerah berbatu dengan ketinggian di atas 600 mdpl, dengan curah hujan kurang, atau pada daerah yang memiliki musim hujan yang panjang, hanya jenis ini tidak tahan dengan surplus air tanah yang terus menerus selama lebih dari 2 bulan.

Perbanyakan Tanaman

Perbanyakan tanaman Tanjung dapat dilakukan secara generatif. Untuk mendapatkan benih yang baik diperlukan sejumlah perlakuan sejak pengunduhan/pengumpulan buah hingga mendapatkan benih yang siap untuk disemai. Buah masak yang dicirikan oleh warna kulit buah berwarna jingga, dapat dipetik langsung dari pohon yang rendah, tetapi apabila pohon sudah besar dan tinggi, dapat dilakukan pemanjatan. Buah sering mengalami serangan serangga yang mengakibatkan lubang/busuk pada bijinya, sehingga tidak disarankan untuk mengumpulkan benih yang telah jatuh di bawah tegakan.

Buah yang telah diunduh dimasukan dalam karung atau ember. Sebelum dilakukan ekstraksi benih, buah dapat disimpan sementara 1 – 2 hari di ruang kamar. Ekstraksi benih dilakukan dengan cara merendam buah dalam air selama 24 jam hingga daging buahnya menjadi lunak. Kemudian daging buah dibersihkan dengan cara diremas (manual), dan pembersihan sebelum benih dinyatakan bersih adalah dengan melakukan pembersihan pada air yang mengalir. Benih Tanjung yang telah bersih dapat disimpan pada ruang AC (temperatur 18-20°C, RH 50 – 60 %) dengan wadah kantong plastik kedap pada kadar air 5 – 8 %. Benih dapat disimpan selama 9 bulan dan memperlihatkan adanya “after ripening” pada bulan pertama penyimpanan.

Tidak diketahui adanya dormansi benih, tetapi sebelum penaburan disarankan untuk merendam benihnya dalam air dingin selama 24 jam. Benih Tanjung ditabur pada media campuran pasir dan tanah (1 : 1) di rumah kaca, dan ditutup selapis pasir
(tebal 1- 2 mm) di atasnya. Benih dapat mencapai daya berkecambah 70 – 90 % setelah 17 – 82 hari penaburan.

Benih yang telah berkecambah dengan dua helai daun disemai pada media bibit pada pagi hari atau sore hari, untuk mencegah penguapan yang berlebihan dan panas pada kecambah yang baru disemai. Media semai yang digunakan merupakan
campuran tanah, pasir dan kompos (7 : 2:1). Untuk memacu pertumbuhan bibit dapat dipergunakan pupuk NPK (5 gram/liter air) dimana satu sendok untuk setiap bibit pada umur 4 minggu dan 6 minggu.

Pemanfaatan

Bunganya yang wangi mudah rontok dan dikumpulkan di pagi hari untuk mengharumkan pakaian, ruangan atau untuk hiasan. Bunga ini, dan aneka bagian tumbuhan lainnya, juga memiliki khasiat obat. Buahnya dapat dimakan.

Air rebusan pepagannya digunakan sebagai obat penguat dan obat demam. Rebusan pepagan beserta bunganya digunakan untuk mengatasi murus yang disertai demam. Daun segar yang digerus halus digunakan sebagai tapal obat sakit kepala; daun yang dirajang sebagaimana tembakau, dicampur sedikit serutan kayu secang dan dilinting dengan daun pisang, digunakan sebagai rokok untuk mengobati seriawan mulut.

Kulit akarnya mengandung banyak tanin dan sedikit alkaloid yang tidak beracun. Minyak yang diekstrak dari biji tumbuhan ini mengandung beberapa asam lemak. Akarnya yang dicampur dengan cuka dapat digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan.

Sifat-sifat Kayu

Kayunya padat, berat, dan keras. Kayu dari varietas parvifolia yang biasa tumbuh dekat pantai dipilih sebagai bahan pasak dalam pembuatan perahu, untuk tangkai tombak dan tangkai perkakas lain, almari dan mebel, serta untuk tiang rumah. Varietas ini bisa tumbuh setinggi 25 m dan segemang 40 cm. Kayu tanjung juga baik untuk dijadikan bahan ukiran, patung, penutup lantai, jembatan, dan bantalan rel kereta api.

Kayu teras tanjung coklat tua, sedangkan kayu gubalnya berwarna lebih muda dengan batas-batas yang jelas. Teksturnya halus dan merata, dengan arah serat lurus, agak bergelombang atau sedikit berpadu. Berat jenis kayu berkisar antara 0,92–1,12 (rata-rata 1,00), dan termasuk kelas kuat I. Kayu tanjung tergolong mudah dikerjakan dengan hasil yang amat baik; ia dapat diserut, dibor, dilubangi persegi, dan diamplas dengan hasil yang sangat baik, serta dibentuk dan dibubut dengan hasil yang baik hingga sangat baik.

Keawetan kayu tanjung termasuk dalam kelas I-II. Daya tahannya terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas II, sementara terhadap rayap kayu kering termasuk kelas IV (tidak awet). Dalam pada itu, keterawetannya tergolong sedang.

Sayangnya, kayu tanjung tidak mudah dikeringkan dengan hasil baik. Kayu ini cenderung melengkung, pecah ujung dan retak-retak permukaannya apabila dikeringkan. Meskipun relatif mudah dikupas, akan tetapi venir (lembaran tipis bahan kayu lapis) yang dihasilkan cenderung menggelombang. Pengeringan alami harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam waktu lama; pengeringan papan setebal 3 cm (dari kadar air 39% hingga 15%) membutuhkan waktu sekitar 63 hari.

Sumber Pustaka

  1. Burhaman, Dharmawati F. D, dan Nurin W. 2011. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia: Jilid III. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor.
  2. Situs http://www.alampedia.com
  3. Situs http://www.plantamor.com
  4. Situs http://id.wikipedia.org

Tinggalkan komentar